CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Senin, 24 November 2008

dasar-dasar PR

Beberapa teori komunikasi yang dikaitkan dengan Public Relations, antara lain:

A. Komunikasi persuasif

`Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bersifat mempengaruhi pemirsanya, sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Persuasi adalah himbauan atau ajakan kepada orang lain agar melakukan apa yang komunikator himbaukan dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang menyakinkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Intinya adalah kegiatan komunikasi yang mempengaruhi pendengarnya (komunikan).

Beberapa hal dalam komunikasi persuasif yang dapat mempengaruhi orang lain.

Komunikator yang mempunyai kredibilitas yang tinggi; contoh: mempunyai pengetahuan tentang apa yang disampaikannya.

Pesan yang disampaikan didukung oleh fakta – fakta atau bukti yang kuat sehingga orang lain percaya dan terpengaruh perilakunya.

Media yang menjadi sarana penyampaian pesan apabila diberitakan secara terus menerus akan membentuk pola pikir yang terpengaruh terhadap apa yang disampaikan.

Dalam komunikasi persuasif yang berkaitan dengan public relations antara lain:

1. Retorika

Retorika (dari bahasa Yunani ήτωρ, rhêtôr, orator, teacher) secara umum ialah seni atau teknik persuasi menggunakan media oral atau tertulis, bagaimanapun, definisi dari retorika telah berkembang jauh sejak retorika naik sebagai bahan studi di universitas. Dengan ini, ada perbedaan antara retorika klasik (dengan definisi yang sudah disebutkan diatas) dan praktek kontemporer dari retorika yang termasuk analisa atas teks tertulis dan visual. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, retorika adalah seni berpidato yang bombastis.

Contoh: Pengamat ekonomi politik yang juga anggota panitia anggaran (panggar) dari FPAN DPR Drajad Wibowo, menganggap pidato Presiden SBY yang disampaikan bersamaan dengan keterangan pemerintah atas rancangan UU APBN 2009, di DPR, Jumat (15/8) sebuah retorika. Untuk lebih jelas kunjungi http://www.kompas.com/read/xml/2008/08/15/13434434/pidato.sby.retorika

2. Difusi inovasi

Inovasi

Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu. Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun 1960-an adalah era dimana banyak inovasi-inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara team (team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri.

Difusi
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.

Unsur-Unsur Difusi Inovasi

Proses difusi inovasi melibatkan empat unsur utama, meliputi 1) inovasi; 2) saluran komunikasi; 3) kurun waktu tertentu; dan 4) sistem sosial.

B. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi adalah komunikasi yang terjadi dalam lingkup suatu organisasi atau lembaga seperti sekolah, kalangan mahasiswa, universitas, rumah sakit dan lain – lain. Organisasi adalah suatu kumpulan atau sistem individual yang berhierarki secara jenjang dan memiliki sistem pembagian tugas untuk mencapai tujuan tertentu. DeVito (1997:337), menjelaskan organisasi sebagai suatu kelompok individu yang diorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Ada 4 fungsi:

1. Fungsi informatif , organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Maksutnya,seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik,dan lebih tepat.

2. Fungsi regulative, fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Ada dua hal yang berpengaru terhadap fungsi regulatif,. Pertama, atasan atau orang yang berada dalam tataran managemen, yaitu mereka memiliki kewenanganuntuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Kedua, berkaitan dengan pesan atau message,pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja.

3. Fungsi persuasive, dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan lebih suka memersuasi bawahanya dari pada memberi perintah

4. Fungsi integrative, setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan baik.

Komunikasi organisasi terdiri dari teori sistem, pengambilan keputusan kelompok, budaya organisasi yang berkaitan dengan public relations:

· Budaya organisasi

Seperti halnya individu organisasi juga mempunyai kepribadian. Kepribadian pada sebuah organisasi lebih dikenal dengan nama budaya organisasi. Menurut Prof. Dr. Taliziduhu Ndraha, budaya dalam organisasi adalah nilai-nilai dasar yang diciptakan, ditemukan dan dikembangkan dalam organisasi. Karena budaya organisasi berupa nilai-nilai, maka berkaitan dengan visi organisasi atau cita-cita organisasi (Master, Oktober 2000).

Contoh: organisasi Koperasi TNI AL. Koperasi TNI AL merupakan sub organisasi TNI AL yang mempunyai visi dan misi berbeda sehingga untuk mencapai tujuan organisasi tersebut perlu adanya transformasi budaya dan budaya militer menjadi budaya kewirausahaan.

C. Media Massa

Media adalah sarana yang dipergunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, apabila komunikan jauh tempatnya atau banyak,jumlahnya atau kedua-duanya. (Sumber : Kamus Komunikasi, Drs. Onong Uchjana Effendy, MA). Media komunikasi adalah suatu sarana yang memungkinkan tersampaikannya suatu pesan. Media massa adalah sarana yang mentransmisikan pesan-pesan yang identik kepada sejumlah besar orang yang secara fisik berpencaran. (Sumber : Hubungan Masyarakat, Prinsip, Kasus dan Masalah, H. Frazier Moore).

Media massa ada yang cetak (koran, majalah, buletin) dan elektronik (televisi, radio) bahkan sekarang ada media online (internet melalui komputer seperti blog dan sebagainya). Media massa sering dikatakan memiliki peran sebagai "anjing penjaga" dan berdiri di sisi yang berlawanan dengan pemerintah. Salah satu manfaat utama pers yang bebas dalam sistem demokrasi sering dinyatakan dengan kewajiban untuk menyediakan informasi pada masyarakat mengenai kinerja pemerintah. Peran pers juga terkait fungsinya sebagai pilar keempat dalam demokrasi pancasila.

Apabila dikaitkan dengan public relations, yang termasuk dalam media masa, misal opini publik, spiral of silence, semiotika, uses and gratifications.

· Opini publik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, opini public adalah pendapat masyarakat, pendapat umum, pendapat sebagian besar masyarakat.
Opini publik adalah unsur-unsur dari pandangan, perspektif dan tanggapan masyarakat mengenai suatu kejadian, keadaan, dan desas-desus tentang peristiwa-peristiwa tertentu.

· Spiral of silence

The spiral of silence is a political science and mass communication theory propounded by the German political scientist Elisabeth Noelle-Neumann. The theory asserts that a person is less likely to voice an opinion on a topic if one feels that one is in the minority for fear of reprisal or isolation from the majority (Anderson 1996: 214; Miller 2005: 277). Recent investigation into the Internet has raised the question whether the "spiral of silence" exists on the communicative nature of the Internet.

Teori Spiral Keheningan ini dapat diuraikan sebagai berikut: individu memiliki opini tentang berbagai isu. Akan tetapi, ketakutan akan terisolasi menentukan apakah individu itu akan mengekspresikan opini-opininya secara umum. Untuk meminimalkan kemungkinan terisolasi, individu-individu itu mencari dukungan bagi opini mereka dari lingkung­annya, terutama dari media massa.

Media massa - dengan bias kekiri-kirian mereka - memberikan interpretasi yang salah pada individu-individu itu tentang perbedaan yang sebenarnya dalam opini publik pada berbagai isu. Media mendukung opini-opini kelompok kiri dan biasanya menggambarkan kelompok tersebut dalam posisi yang dominan.

Sebagai akibatnya, individu-individu itu mungkin mengira apa yang sesungguhnya posisi mayoritas sebagai opini suatu kelompok minoritas. Dengan berlalunya waktu, maka lebih banyak orang akan percaya pada opini yang tidak didukung oleh media massa itu, dan mereka tidak lagi mengekspresikan pandangan mereka secara umum karena takut akan terisolasi. Selama waktu tersebut, karena ‘mayoritas yang bisu’ tetap diam, ide minoritas mendominasi diskusi. Yang terjadi kemudian, apa yang pada mulanya menjadi opini minoritas, di kemudian hari dapat menjadi dominan.

Spiral keheningan mengajak kita kembali kepada teori media massa yang perkasa, yang mempengaruhi hampir setiap orang dengan cara yang sama (Noelle-Meumann, 1973).

D. Tradisi Kultural

Tradisi adalah adat kebiasaan yang diturunkan dari nenek moyang yang dijalankan oleh masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.

Tradisi kultural yang dimaksudkan disini adalah mengenai kebudayaan yang sudah menjadi tradisi secara turun temurun dan menjadi kebuadayaan dimana kaitannya dengan public relations misalnya interaksi simbolik dan konteks budaya.

· Interaksi simbolik

Tokoh teori interaksi simbolik antara lain : George Herbert Mend, Herbert Blumer, Wiliam James, Charles Horton Cooley. Teori interaksi simbolik menyatakan bahwa interaksi sosial adalah interaksi symbol. Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan simbol yang lain memberi makna atas simbol tersebut.

Asumsi-asumsi:

  1. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi melalui tindakan bersama dan membentuk organisasi.
  2. Interaksi simbolik mencangkup pernafsiran tindakan. Interaksi non simbolik hanyalah mencangkup stimulus respon yang sederhana.

Contoh: warna merah di suatu tempat sudah disepakati sebagai tanda yang berarti berani, atau di tempat lainnya berarti komunis. Simbol H2O berarti air, simbol ♂berarti laki – laki (jantan) sedangkan ♀ untuk perempuan (betina), dan lain – lain.

· Konteks budaya

Yaitu tradisi kultural yang berbeda – beda antara budaya yang satu dengan budaya lainnya sesuai dengan konteks budaya masing – masingnya seperti daerah, bahasa, cara berpakaian, makanan, adat istiadat, tata krama, sopan santun dan lain – lain.

Misalnya budaya inggris dan budaya Indonesia memandang waktu sehari semalam yang 24 jam itu. Pukul satu malam budaya inggris mengatakan Good morning alias selamat pagi; padahal budaya Indonesia mengatakan selamat malam karena memang masih malam, matahari belum terbit. Sebaliknya pukul sebelas siang, buadaya barat masih juga mengatakan selamat pagi; padahal budaya Indonesia mengucapkan selamat siang karena memang hari sudah siang, matahari sudah tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_persuasi

http://fakultasluarkampus.net/apakah-difusi-inovasi-itu/

http://kuliah.dagdigdug.com/2008/07/22/komunikasi-dalam-organisasi-kdo/#more-29

http://beta.tnial.mil.id/cakrad.php3?id=33

http://www.depdagri.go.id/konten.php?nama=Kehumasan&start=2

http://www.depkumham.go.id/xDepkumhamElearning/xBuku/kehumasan/MediaMassaPemerintahdanHumas.htm

http://kuliahkomunikasi.com/?p=24

http://en.wikipedia.org/wiki/Spiral_of_silence

http://teddykw1.wordpress.com/2008/02/26/teori-spiral-keheningan-spiral-of-silence-theory/

http://id.wikipedia.org/wiki/Tradisi

http://antari05.blogspot.com/2007/11/komunikasi-sosial-budaya.html

Kamus Besar Bahasa Indonesia


by : Yoretta Yang Wahyudi - 915070037

2 komentar:

ShareLy mengatakan...

hmm... persuasi itu menyenangkan..
hahaha, bingung mo nulis ap..
bis males baca teori.. hehe
lo belajar ini di subject pr y?seep dah.. banyak teori yg menarik di komunikasi.. hohoh

ayam_tewas_mengenaskan!! mengatakan...

aduhh... mbak sherly... anda ini ngmg ga penting sekali sih....


begini yah...dasar2 PR itu sangat penting untuk mengembangkan cara berkomunikasi dengan baik. dimana,apabila dikuasai,tentu saja persuasi akan mudah dilakukan.Hal ini akan berimbas kepada beneficial perusahaan yg menguasai PR tersebut.


Teori-teori seperti ini lah yang kemuadian berubah menjadi suatu implementasi,dan menimbulkan suatu pengaruh positif. Jadi lebih baik anda jangan menganggap remeh teori-teori di ilmu komunikasi. Mungkin anda sendiri pun,belum tentu dapat menguasai cara2 demikian. Terima kasih!